Pages

Kamis, 05 Desember 2013

Drama


Seni Drama
Seni Drama adalah curahan perasaaan seseorang yang dituangkan dalam bentuk gerak
bercerita yang diramu dengan musik yang sesuai.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan
sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa
dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas
manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masingindividu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk darimemilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaandengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan
bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak.
Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axcting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action). Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat
manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang
diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan
penonton (audience)
Adapun istilah lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia tapi tidak bertujuan mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya tragedi dan lakon absurd. Drama adalah satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya. Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog
dan tokoh itu disebut hauptext atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut
nebentext atau tek sampingan.
 Sejarah Drama Indonesia
Bangsa kita sudah mengenal  drama sejak jaman dulu. Keberadaannya ditandai dengan adanya kegiatan ritual keagamaan yang dilakukan oleh para pemuka agama dan diikuti oleh masyarakat sekitarnya. Karena kegiatan ritual keagamaan erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat, maka kegiatan ritual ini kemudian mengalami perkembangan dengan dimasukannya  unsur tari dan musik sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat itu pula. Dibanding dengan upacara-upacara ritual keagamaan di Barat, upacara-upacara ritual di Indonesia sifatnya lebih puitis karena dilakukan dengan cara mengucapkan mantera- mantera.
Pada perkembangan berikutnya, Berdasarkan cara-cara melakukan upacara keagamaan itu lahirlah tontonan drama, yang kemudian berkembang sesuai dengan selera masyarakat dan perkembangan zaman. Berdasarkan kurun waktunya, perkembangan drama di Indonesia dikelompokkan menjadi drama atau teater tradisional, drama atau teater transisi dan drama atau teater modern.
1.      Drama atau Teater Tradisional
Sebelum masa kemerdekaan, Indonesia mengenal istilah drama tradisional yaitu bentuk drama  yang yang bersumber dari tradisi masyarakat lingkungannya. Drama tradisional ini merupakan hasil kreatifitas berbagai suku bangsa Indonesia di beberapa daerah. Dasar cerita yang digunakannya bersumber dari sastra lama seperti pantun, syair, dongeng, legenda atau sastra lisan daerah lainnya. Karena bertolak dari sastra lisan inilah, maka drama tradisional dipentaskan tanpa menggunakan naskah. Semua dialog serta gerak laku aktor di atas panggung diungkapkan secara spontan dan hanya mengandalkan improvisasi. Dalam penyajiannya, drama tradisional ini juga dilakukan dengan menari menyanyi dengan diiringi oleh tetabuhan serta sisipan lelucon, dagelan, atau banyolan.
Kemunculan drama tradisional di Indonesia antar daerah satu dengan daerah lainnya sangat bervariasi. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu yang berbeda-beda, tergantung dari kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir.
Drama tradisional ini terbagi lagi menjadi drama atau teater tutur, drama atau teater rakyat, serta drama ata teater wayang. Berikut ini disajikan beberapa bentuk teater tradisional yang ada di daerah-daerah di Indonesia.
a)      Drama atau Teater Tutur
Drama atau teater tutur merupakan suatu jenis pementasan drama yang bertolak dari sastra lisan yang dituturkan dan belum diperagakan secara lengkap. Proses pementasannya hanya dituturkan oleh dalang dan sering dilakukan dengan menyanyi serta diiringi oleh suatu tabuhan. Berikut ini disajikan beberapa bentuk drama atau teater tutur yang ada di daerah-daerah di Indonesia.
1)      PMTOH di Aceh
Drama atau teater tutur di Aceh bermula dari pembacaan hikayat (peugah haba) yang disampaikan oleh seorang penutur cerita yang hanya dilengkapi dengan sebilah pedang dan bantal. Penampilan nyaris tanpa akting, dan agak sulit mengikuti alur cerita karena tidak terjadi perubahan karakter tokoh. Penggiat drama tutur ini adalah Mak Lapee dan Teungku Ali Meukek.
Drama atau teater tutur ini menjadi menarik setelah dikembangkan Teungku Adnan dengan mempergunakan alat musik rapa’i, pedang, suling (flute), bansi (block flute) dan mempergunakan proferti mainan anak-anak, serta kostum. Oleh Teungku Adnan dan para apresiatornya pertunjukkan drama ini dinamai PMTOH. Nama ini diambil dari sebuah tiruan bunyi klakson bus bernama P.M.T.O.H yang sering ditumpangi oleh Teungku Adnan ketika hendak berjualan obat sambil menunjukkan kepiawaiannya bercerita. Kekuatan yang paling mendasarkan dalam teater tutur P.M.T.O.H adalah daya improvisasi penyaji yang sangat tinggi. Gaya komedikalnya membawakan hikayat masa lalu dikaitkan dengan peristiwa masa kini.
2)      Bakaba di Sumatera Barat
Bakaba merupakan drama rakyat dari Sumatera Barat yang dalam pertunjukkannya dituturkan oleh sekurang-kurangnya dua tukang cerita dalam prosa liris yang dilagukan. Lagu yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan cerita. Untuk mengiringi tukang cerita tersebut, biasanya digunakan musik pengiring seperti rebab, kecapi dan rebana. Pada saat pertunjukkan tidak jarang terjadi komunikasi antara penutur cerita dengan para penonton. Pertunjukkan Bakaba ini biasanya dilaksanakan apabila salah satu anggota keluarga melangsungkan acara perkawinan, pesta panen atau menempati rumah baru.
3)      Pantun Sunda dari Jawa Barat
Sesuai dengan arti kata pantun yaitu ‘padi’, pada awalnya pantun Sunda dihubungkan dengan pemujaan terhadap Dewi Padi yaitu Nyi Pohaci, Kersa Nyai, atau Nyi Pohaci Sang Hyang Sri. Pada perkembangan selanjutnya sering dilaksanakan pada upacara keluarga seperti ruwatan, kelahiran, khitanan, perkawinan, kematian, dan nazar.
Cerita pantun kebanyakan memaparkan kerajaan-kerajaan Sunda lama seperti Galuh dan Pajajaran. Cerita lain yang sering muncul antara lain ‘Munding Laya Dikusumah’, ‘sangkuriang’, ‘Ciung Wanara’, ‘Sumur Bandung’, ‘Sulanjaya’, ‘Kidang Pananjung’, dan lain-lain. Cerita-cerita tersebut disampaikan oleh seorang juru pantun yang dibantu oleh dua orang nayaga yaitu penabuh musik pengiring (kecapi).
4)    Kentrung, dari Jawa Timur
Secara umum, kentrung  merupakan bentuk drama berupa cerita yang disampaikan secara lisan oleh dalang kentrung. Meski demikian, pengertian kata kentrung bisa dibedakan menjadi dua, yakni berdasarkan penyingkatan dua kata dan bunyi yang dikeluarkan oleh instrumen. Pengertian yang pertama, kentrung berasal dari kata Ngre’ken (menghitung ) dan Ngantung (berangan-angan). Maksudnya mengatur jalannya dengan berangan-angan. Pengertian kedua berasal dari bunyi kata Kluntrang-Kluntrung yang artinya pergi dan mengembara kesana kemari.
Kesenian kentrung banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur khususnya di derah pesisir timur selatan. Selain itu, juga terdapat di sentra daerah, misalnya Surabaya, Jember, Pasuruan, Bojonegoro, Lamongan. Nganjuk dan Jombang. Kentrung biasanya dipentaskan pada acara sunatan, tingkeban, perkawinan, atau ruwatan. Cerita yang disajikan adalah prosa yang diselingi oleh puisi yang dilagukan dengan iringan tabuhan rebana, gendang, angklung, lesung, terompet, dan lain-lain.
Sepanjang pementasanya Kentrung hanya diisi oleh seorang dalang yang merangkap sebagai penabuh gendang dan ditemani oleh penyenggak serta para personel yang memegang instrumen jidor, ketipung/kempling/timplung, dan kendang. Dalam perkembangannya pemain kentrung sudah bisa berekspresi memerankan tokoh seperti pemain ludruk dan kesenian ketoprak.
5)      Cekepung di Lombok.
Cekepung berawal dari tiruan bunyi alat musik yang diujarkan cek...cek...cek...pung. Cekepung pada dasarnya adalah seni membaca kitab lontar yang diiringi oleh instrumen suling, dan beberapa peniruan bunyi alat musik oleh ujaran. Pemain cekepung sedikitnya terdiri dari 6 orang pemusik dan penyanyi serta seorang pembaca lontar. Masing-masing bertugas memainkan suling, redep (rebab, sejenis alat musik yang digunakan dalam kesenian gambang keromong, Betawi). Kemudian ada pemaos (pembaca naskah lontar), penyokong (pendukung), dan punggawa (penerjemah) naskah Lontar Monyeh sebagai sumber cerita. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Sasak dengan penjelasan gerak tari, mimik wajah, dan lawakan.
6)      Sinrilik di Sulawesi Selatan
Sinrilik merupakan pertunjukkan drama tutur yang dari Sulawesi Selatan (khususnya daerah Gowa dan Maros) yang dinyanyikan dalam bahasa Makasar oleh seorang pasinrili dan dimainkan para pemain dengan iringan keso-keso (rebab). Tema-tema sinrilik menyangkut kepahlawanan, keagamaan dan cinta. Baik ceritanya maupun musiknya diimprovisasikan, namun mampu membangkitkan perasaan, keindahan dan komedi.
Dulu Sinrilik hanya dipentaskan apabila raja yang meminta, namun kesenian ini kemudian berubah bentuk menjadi pertunjukkan drama populer yang disenangi seluruh lapisan masyarakat. Pertunjukkannya biasanya dilakukan di anjungan rumah atau halaman pada acara-acara tertentu sperti syukuran, pesta panen, membangun rumah, dan sebagainya. Sedangkan waktunya dilakukan siang hari atau malam setelah sembahyang isya.
7)      Wayang Beber dari Pacitan
Wayang Beber berbentuk lukisan di atas kertas tentang wayang yang bergambar seperti wayang kulit purwa. Lukisan wayang tergantung pada cerita yang disajikan, jadi semacam komik tanpa dialog. Lukisan wayang terdiri dari enam gulung, dan setiap gulung terdiri dari empat adegan. Sambil membeberkan lukisan itu, dalang bernarasi sambil diiringi seperangkat gamelan, rebab, kendang, kenong, gong, dan lain-lain yang dipikul beberapa pemusik. Pertunjukkan ini turun temurun artinya tidak bisa diturunkan atau diajarkan kepada orang lain selain keluarga. Biasanya pertunjukkan untuk upacara ruwatan dan nazar saja.

0 komentar:

Posting Komentar